Selasa, 21 Mei 2019

LABEL DAN MAKNA

Sudah kita maklumi, bahwa anak (peserta didik) berkebutuhan khusus merupakan anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambatan belajar dan kebutuhan masing-masing anak secara individual.
Memang setiap orang memiliki hambatan masing-masing, memiliki kebutuhan masing-masing (berbeda dengan individu yang lain). Tetapi bukan berarti begitu saja kita sebut kebutuhan khusus.
Misal, si Utuh mengatakan saat ini dia sangat memerlukan kuota 100 Gb supaya bisa nonton bola sepuasnya, tidak seperti yang lain cukup 1 Gb untuk internetan dalam sebulan, lalu si Utuh disebut “berkebutuhan khusus”.
Namun saya tidak mengatakan contoh tersebut salah untuk menjelaskan arti kebutuhan khusus. Apalagi saya pernah mendengar penjelasan dengan contoh seperti itu namun dalam contoh yang lain tetapi saya lupa persisnya.

Maksud saya begini, jangan karena sifatnya individual atau pribadi lalu jadi istilah spesial atau khusus atau sedikit-sedikit “berkebutuhan khusus”.

Yang saya setuju adalah kebutuhan khusus itu lebih pada “adanya kesenjangan” antara potensi yang dimiliki masing-masing peserta didik (individu) dengan prestasi yang dicapainya.
Kesenjangan ini jika kita lanjutkan karena adanya “masalah dalam belajar”, dan masalah dalam belajar ini akibat adanya kesulitan atau hambatan. Dalam beberapa literatur menyebutkan hambatan itu ada yang bersifat permanen ada juga yang temporer.

Dalam istilah luar biasa, hambatan ini bentuknya adalah perbedaan interindividual (yang signifikan) baik dalam hal keadaan fisik dan fungsi fisik, intelektual, emosi dan perilaku, atau sosial secara subnormal (dibawah rata-rata) maupun secara supernormal (diatas rata-rata) umumnya kita sebut anak luar biasa.
Umumnya di sekolah khusus atau sekolah luar biasa lebih berkutat pada hambatan yang permanen ini (bahkan cenderung ke subnormal saja) dan sepertinya sekolah-sekolah biasa pun juga memandang hambatan anak seperti itu. Sehingga ada kemungkinan mengabaikan hambatan temporer.

Padahal kita tahu, masalah dalam belajar misalnya tidak hanya dikarenakan anak memiliki daya konsentrasi yang rendah karena kelainan di otaknya (permanen), tetapi ada juga anak yang kesulitan konsentrasi dikarenakan ada masalah dalam keluarganya (temporer).

Berikutnya, memahami kebutuhan kusus itu tidak hanya karena adanya hambatan luar biasa baik di bawah rata-rata atau di atas rata-rata (yang disebut perbedaan interindividual), tetapi juga dapat dipahami dengan membandingkan dalam diri anak itu sendiri (intraindividual).
Saya berusaha membuat contoh menemukan perbedaan intraindividual begini, Keadaan anak yang bernama Juhri tergolong pintar di kelas dan ini normal karena banyak anak-anak lain di sekolah yang juga pintar. tetapi jika dibanding dengan potensi kepintaran yang dimiliki si Juhri dengan hasil belajarnya (prestasinya) selama ini nilainya biasa-biasa saja atau bahkan kurang bagus. Artinya ada perbedaan (kesenjangan) antara potensi Juhri dengan prestasi yang dicapai Juhri. Idealnya adalah anak yang pintar nilainya bagus.

Menurut saya, kebutuhan khusus tanpa kelainan interindividual  seperti ini tidak kalah pentingnya dengan kebutuhan khusus karena hambatan berkelainan atau luar biasa untuk mendapat perhatian dan penanganan.
Berapa banyak anak yang kita anggap biasa-biasa saja ternyata memiliki potensi bagus, bahkan berapa banyak anak-anak yang kita anggap tidak bisa apa-apa ternyata memiliki potensi istemewa.
Mungkin karena ada kaitannya dengan kesulitan atau hambatan yang temporer tadi. Sayang jika aset bangsa dan masa depan ini terabaikan.
Dan Alhamdulillah pada saat saya menulis tulisan ini, di RCTI ditayangkan anak-anak yang hafal Al Quran dengan cara menghafalnya masing-masing.

Saya ingin menambahkan lagi, saya setuju sebutan anak berkebutuhan khusus itu bukan istilah untuk menggantikan istilah anak luar biasa atau anak berkelainan. Sebab lebih pada “kebutuhan anak” untuk mencapai prestasi sesuai dengan potensinya (saya tebali hurufnya), dan melihat anak sebagai individu yang unik. Tidak seperti pada istilah anak luar biasa yang lebih menitikberatkan pada keadaan fisik, mental, maupun emosi sosialnya.
Jikapun luar biasa, anak luar biasa tidak lagi dipandang dari kategori kecacatannya akan tetapi harus dilihat dari hambatan belajar yang dialami dan kebutuhan-kebutuhan akan layanan pendidikannya.

Saya lebih setuju jika kita mengatakan anak murid saya si Andi mengalami kesulitan jika belajarnya lebih banyak menggunakan ceramah dengan suara bicara dari pada menyebut si Andi anak Tunarungu.

Sebagai penutup dikatakan berkebutuhan khusus jika mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan pengajaran khusus.

Walaupun saya punya persepsi, tapi jujur saya masih mengalami banyak kesulitan dalam memahami langsung peserta didik yang unik ini.





LABEL DAN MAKNA

Sudah kita maklumi, bahwa anak (peserta didik) berkebutuhan khusus merupakan anak yang memerlukan pendidikan yang disesuaikan dengan hambat...

Populer